Rahim Pengganti

Bab 205 "Akhir dari Sebuah Kisah"



Bab 205 "Akhir dari Sebuah Kisah"

0Bab 205 "Akhir dari Sebuah Kisah"     

17 tahun kemudian     

Saat ini Dira sedang menyiapkan sarapan pagi untuk kedua anak nya dan juga sang suami, tepat ketika Angkasa berusia 5 tahun Dira kembali hamil dan hal itu membuat kebahagian yang luar biasa untuk keluarga mereka. Kehadiran anak perempuan cantik yang menjadi kesayangan mereka semua, Kanaya Putri lahir membawa begitu banyak cinta.     

Kehadiran Kanaya, membuat kedua orang tua nya semakin saling mencintai satu dengan lain nya, bahkan karena Kanaya juga hubungan Dira dan Andra semakin harmonis.     

"Angkasa Kanaya!!" Teriakan yang akan selalu terdengar, setiap pagi nya oleh mereka semua penghuni rumah ini. Andra yang turun dari lantai atas hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah laku sang istri yang tidak pernah berubah.     

"Pagi Sayang," sapa Andra. Pria itu lalu memeluk istri nya dan tak lupa mendaratkan bibir nya dengan sempurna pada bibir istri nya tersebut, sedikit lumatan yang selalu Andra lakukan.     

"Masih pagi!!" Mendengar hal itu membuat Andra melepaskan bibir manis milik sang istri, sudah tidak perlu dipertanyakan lagi suara siapa itu. Karena yang selalu menjadi musuh Andra di rumah ini hanya Angkasa.     

Anak itu selalu saja jahil dengan apa yang dilakukan Andra, dan begitu juga sebaliknya. Namun, meskipun seperti itu hubungan mereka tetap harmonis dan kedua nya akan saling mencari jika tidak bertemu.     

"Berisik anak kecil," balas Andra.     

"Punya kamar ya di kamar Pa. Di rumah ini, bukan cuman ada Papa dan Mama, kasihan mata suci aku Pa."     

"Ya elah gitu aja, padahal koleksi kamu lebih banyak."     

Mata Angkasa melotot dengan begitu tajam, sedangkan Andra yang merasa menang hanya tertawa puas. Dira hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah laku dari suami dan anak nya, yang selalu saja bertingkah luar biasa.     

"Sudah kalian berdua selalu gini terus ini masih pagi, di waktu libur ini harus nya kalian akur," ucap Dira. Namun, tetap saja kedua orang pria yang berbeda generasi itu, selalu melakukan apapun sesuka hati mereka.     

"Selamat pagi Papa. Selamat pagi Mama. Selamat pagi Abang ganteng."     

Teriakan yang dilakukan oleh Kanaya membuat kedua pria itu saling menutup telinga, anak yang berusia 12 tahun itu memang memiliki tingkah laku luar biasa, Kanaya sangat mirip dengan Andra versi cewek. Sedangkan Angkasa versi cowok, kedua anak Dira semua nya mengikuti sikap Andra tidak ada yang mirip dengan nya.     

"Duduk makan, anak gadis nggak boleh teriak teriak seperti ini," ucap Dira.     

"Siap ibunda ratu," balas Kanaya.     

Kedua anak nya memang luar biasa, bahkan Dira hanya bisa geleng geleng kepala menatap mereka berdua, keluarga kecil ini melanjutkan sarapan pagi nya, Angkasa yang sudah menginjak usia 17 tahun duduk dibangku kelas 11 SMA sedangkan Kanaya berusia 12 tahun duduk dibangku kelas 7 SMP membuat Dira dan juga Andra harus berusaha untuk menjadi orang tua yang terbaik. Kedua nya menjadi contoh bagi anak anak mereka dan tidak boleh ada hal yang ditiru.     

"Kamu sudah memilih mau melanjutkan di mana bang?" tanya Andra.     

Angkasa yang sedang memakan makanan nya mengangkat kepala dan menatap ke arah sang papa. Anak laki laki itu belum menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh sang papa, sedangkan Dira menoleh ke arah sang anak dengan harapan yang begitu besar.     

Andra ingin anak nya melanjutkan kuliah di luar negeri namun, Dira tidak menginginkan hal itu Dira tidak bisa jauh dari anak laki laki nya. Tapi meskipun seperti itu, Dira tetap akan mendukung sang anak untuk bisa terus berusaha dan berjuang demi masa depan nya.     

"Belum tahu Pa. Aku masih bingung mau kemana," jawab Angkasa.     

"Kalau kamu mau di Indo juga nggak masalah kok, Papa dan mama selalu dukung apapun keinginan kamu," ucap Andra.     

Mendengar hal itu membuat Dira menoleh ke arah sang suami, Dira kaget dengan apa yang diucapkan oleh Andra, karena sebelumnya Andra bersikeras meminta anak nya untuk kuliah di luar negeri namun, hari ini Dira mendengar suatu kabar yang begitu mengejutkan.     

"Aku nggak mau lihat kamu sedih, maka nya terserah Angkasa aja mau kuliah di mana. Kalau di lebih milih Indo ya udah, yang penting kamu nggak sedih," ucap Andra. Pria itu tahu bagaimana pikiran dari istri nya itu, senyum bahagia di wajah Dira terbit dan hal itu membuat Andra begitu bahagia.     

"Jadi gimana bang?" tanya Andra lagi.     

"Belum tahu Pa." Hanya jawaban itu yang dilakukan oleh Angkasa karena memang dirinya masih bingung harus memilih pergi ke mana. Karena dua tempat yang dipilih oleh kedua orang tuanya, begitu pas dan cocok untuk Angkasa. Bahkan jurusan yang diinginkan oleh diri nya sama dengan dirinya, Angkasa ingin menguasai kedua jenjang tersebut.     

Anak yang terkenal pintar sejak di kelas 3 SD itu memang selalu mengukir prestasi untuk keluarga nya dan tidak diragukan lagi dari mana bibit berasal. Kedua orang tua nya yang juga cerdas, membuat Angkasa tumbuh menjadi anak yang sangat pintar. Banyak pembelajaran yang diberikan oleh Dira dan hal itu juga di serap baik oleh anak nya.     

"Apapun keputusan kamu, Mama dan Papa selalu mendukung kamu Sayang," ucap Dira.     

Mereka lalu melanjutkan makanan, Kanaya yang sejak tadi diam akhir nya ikut diberikan pertanyaan oleh Andra.     

"Kamu masih suka melukis komik Nay?" tanya Andra.     

Kanaya hanya merespon dengan anggukkan kepala nya, gadis kecil itu masih takut jika keinginan diri nya di tentang oleh kedua orang tua nya.     

"Melukis komik boleh, tapi ingat untuk mengutamakan sekolah. Papa nggak mau kamu, lupa belajar karena keasyikan dengan hobi," balas Andra.     

Mendengar hal itu membuat Kanaya terkejut, diri nya selama ini megita jika sang Papa tidak mau mendukung diri nya dan itulah penyebab Kanaya sering diam diam melakukan aktivitas nya namun, saat mendengar hal ini langsung dari mulut Papa nya membuat hati Kanaya bahagia.     

"Papa, siap aku bakalan rajin belajar nya dan bikin Papa dan Mama bangga," ucap Kanaya.     

Melihat senyum di wajah kedua anak nya sudah lebih dari cukup untuk Dira dan Andra, mereka lalu melanjutkan sarapan pagi yang begitu nikmat. Masakan Dira begitu luar biasa enak, bagi suami dan kedua anak nya.     

***     

Setelah selesai sarapan pagi, seperti biasa pagi hari seperti ini Andra dan Angkasa akan bermain basket di halaman belakang yang sudah diubah menjadi tempat mini bermain basket, hal itu dilakukan karena kedua orang tersebut begitu senang dengan permainan bola tersebut.     

"Mama lagi bikin apa?" tanya Kanaya. Kedua nya duduk di sana sambil melakukan kegiatan mereka masing masing. "Ini syal rajut untuk kamu, biar kamu tetap hangat," balas Dira.     

"Mama ajarkan Nay buat seperti ini, Nay juga menginginkan nya. Nay suka," ucap Kanaya dengan begitu bahagia.     

Dira lalu tersenyum, dan mulai mengajari sang anak ketika sedang asyik bersama suara besar terdengar dengan sangat jelas, Dira sudah tahu suara siapa itu, karena setiap weekend orang tersebut akan menghabiskan waktu nya di rumah mereka.     

"Halo … halo … uncle tampan datang," ucap Arka.     

Pria itu datang bersama dengan anak tunggalnya Rania Salsabila, anak dari pernikahan Arka dan mendiang istrinya. 6 tahun lalu istri Arka melahirkan namun, naas nyawa nya tidak tertolong sehingga ketika selesai melahirkan Rania, Tari menghembuskan napas terakhirnya.     

Saat itu, Arka begitu terpukul. Anak yang di tunggu tunggu beberapa tahun, lalu akhirnya mereka mendapatkan anak tersebut namun, sebuah kenyataan harus dihadapi oleh Arka diri nya kehilangan sang istri.     

Sulit bagi Arka untuk bangkit di masa itu, Andra dan Dira dua orang yang selalu memberikan semangat juang untuknya hingga akhirnya Arka bisa bangkit dan berjuang demi si lucu Rania yang begitu menggemaskan.     

"Uncle berisik, nggak malu sama anak," ucap Kanaya. Rania yang berada di samping sang ayah, langsung mendekat ke arah Dira. "Mama Ra, kangen," ucap Rania.     

Dira dan Andra sudah menganggap Rania seperti anak mereka sendiri, dan itulah yang membuat Rania jadi ikut memanggil Dira dan Andra dengan sebutan Papa dan Mama seperti kedua anak mereka.     

Arka lalu ikut bergabung dengan, kedua orang di lapangan basket. Sudah terlalu sering Arka kalah dengan Angkasa, keponakan nya itu memiliki tinggi badan yang begitu tinggi sehingga membuat siapa saja yang bertemu akan sulit melihat Angkasa.     

"Bang ini Angkasa di kasih makan tiang listrik ya. Kok tinggi banget," ucap Arka.     

"Uncle aja yang pendek," ledek Angkasa.     

Mendengar hal itu membuat Arka kesal, tinggi badan nya itu standar seperti tinggi orang Indonesia lain nya, hanya saja memang tinggi badan Angkasa jauh di atas rata rata tinggi badan lain nya.     

Mereka lalu bermain bersama, Dira meninggalkan Rania bersama dengan Kanaya. "Jagain adek ya Kak!" Kanaya langsung menganggukkan kepala nya, gadis itu sudah sangat lama meminta kedua orang tua nya memberikan adik namun, memang belum juga diberikan padahal Andra juga ingin memiliki satu anak lagi di tengah tengah mereka.     

Tapi sejak kehadiran Rania, membuat Andra sudah menganggap putri dari adik ipar nya tersebut seperti anak nya sendiri.     

"Ayo Papa ndra, kalahin Papi Arka," teriak Rania.     

"Papi Arka pasti kalah dek," teriak Angkasa.     

Semua orang begitu menyayangi Rania, tidak ada yang membedakan semua sama di mata Andra dan Dira.     

Siang menjelang sore, seperti biasa mereka akan menonton film bersama ruangan film. Jangan tanya dimana posisi Rania anak itu ada berada di tengah tengah Angkasa dan Kanaya. Dan hal itu akan selalu seperti ini, setiap kali mereka menonton bersama.     

"Rania nggak mau duduk di dekat Papi?" tanya Arka. Anak itu langsung menggelengkan kepala nya, dan Arka hanya bisa menghela napas nya panjang.     

"Kamu seperti nggak tahu Rania aja dek. Kalau udah bareng sama Abang dan kakak nya, kita di lupakan," ujar Dira.     

Arka setuju dengan ucapan sang kakak, meskipun seperti itu Arka begitu senang karena anak nya bisa merasakan begitu banyak rasa sayang dari semua orang. Rania kecil pernah bertanya kemana Mami nya dengan begitu kuat Arka menjelaskan semua hal itu.     

Sulit bagi Arka melupakan semua hal yang terjadi bahkan rasanya sampai detik ini Tari selalu ada di dekatnya, wanita yang mampu membuat Arka berubah menjadi manusia yang lebih baik.     

"Aku merindukan kamu Sayang," gumam Arka dalam hati nya.     

***     

Senin pagi adalah waktu yang begitu repot untuk Dira karena hari ini diri nya harus menyiapkan lima bekal untuk lima orang. Karena seperti biasa Rania dan Arka menginap di rumah nya dan hal itu membuat Dira harus bangun lebih ekstra.     

"Mau kemana?" tanya Andra. Saat ini kedua nya masih berada di dalam selimut yang sama, saling memberikan kehangat akibat pergulatan yang dilakukan tadi subuh, rutinitas setiap pagi menjelang maka kedua insan itu akan saling mendesah satu dengan lain nya.     

"Mau mandi Mas, ini hari Senin anak anak hari sekolah. Kalian juga harus ke kantor," ucap Dira.     

"Kamu lupa bahwa hari ini tanggal merah Sayang, sekolah dan kantor tidak ada yang buka."     

Mendengar hal itu membuat Dira mengambil ponsel nya dan benar saja hari ini libur, Dira bisa bernapas lelah. Sungguh permainan mereka tadi pagi, membuat Dira begitu lelah dan diri nya ingin beristirahat.     

"Kamu lupa hem," ucap Andra. Dira menatap ke arah sang suami lalu membalas ucapan suami nya dengan anggukkan kepala. Hal itu membuat, Andra begitu ingin mengecup bibir manis sang istri. "Karena di dalam pikiran aku, hanya ada kamu Mas. Jadi aku lupa jika hari ini libur," ucap Dira.     

Andra langsung memeluk istri nya itu dengan begitu erat, kedua kulit mereka kembali bersentuhan dan hal itu membuat getaran getaran luar biasa di dalam tubuh Dira. Hal seperti ini sudah sering kedua nya lakukan, namun, bagi Dira dan Andra selalu saja sama seperti pertama kali mereka melakukannya.     

Bahkan Dira masih malu, polos di depan sang suami dan hal itu membuat Andra sering kali menjahili sang istri.     

"Mas kalau kita di berikan anak di usia sekarang gimana?" tanya Dira.     

"Bagus dong. Mas malahan senang, salah satu misi Mas mengeluarkan nya di dalam adalah supaya calon adik nya Kanaya dan Rania muncul. Meskipun memang lebih enak di dalam," ucap Andra. Sebuah cubitan mendarat dengan sempurna di lengan Andra dan hal itu membuat Andra tertawa lepas sungguh apa yang diucapkan oleh suaminya itu membuat Dira begitu kesal.     

"Kamu mah mesum," ucap Dira.     

"Mesum? Tapi kamu juga menikmati kemesuman aku, kan? Bukti nya kamu selalu mendesah keenakan," ucap Andra.     

Rasa nya saat ini Dira ingin sekali memukul suami nya dengan bantal namun, hal itu tidak mungkin di lakukan. Lihat saja bagaimana sang suami saat ini memeluk nya dengan erat, bahkan tangan Andra sudah bermain di perut Dira.     

"Mas selalu berharap dia kembali hadir. Rasa nya rumah akan sangat ramai jika, dia ada dan kembali tumbuh. Mas menunggu sekali hari itu," ucap Andra. Di dalam hati Dira mengaminkan doa sang suami, bukan hanya Andra dan Dira yang menginginkan hal itu kedua anak nya Angkasa dan Kanaya bahkan Rania juga ingin ada seorang adik lagi saat ini, dan hal itu membuat Dira selalu berdoa supaya Tuhan memberikan diri nya kesempatan lain.     

"Tapi malu lah Mas, udah punya anak sebesar Angkasa terus punya baby lagi," ucap Dira.     

"Kenapa malu, kamu punya anak kan ada suami nya. Sedangkan yang nggak ada suami aja, pamer ke sana kemari anak nya, masa kita yang jelas punya hubungan masa malu," jawab Andra.     

Dira tersenyum mendengar ucapan yang dilontarkan oleh suami nya tersebut sungguh, Andra memang selalu seperti ini. Pria itu tidak ingin Dira minder ataupun sebagainya dan hal ini yang membuat Dira semakin jatuh hati dengan suami nya.     

Pukul 10.00 pagi Arka pamit pulang namun, Rania tetap di rumah Dira dan Andra hal itu karena janji Kanaya yang ingin mengajak nya berenang. Rania dan Kanaya sudah tidak bisa dipisahkan dengan kolam renang, itulah kenapa kolam di lantai tiga di buat.     

Bangunan rumah Andra dan Dira memang memiliki tiga lantai. Di lantai paling atas adalah kolam renang dan tempat nonton yang biasa di gunakan, Andra melakukan hal ini supaya halaman belakang bisa di buat dengan begitu luas, dan hal itu disetujui oleh Dira.     

"Rani Kanaya, makan dulu Sayang. Nanti, kan mau berenang," ucap Dira. Kedua anak itu segera duduk di meja makan, kolam renang di lantai atas tertutup, sehingga membuat anak anak aman jika berenang di siang hari dan hal itulah yang membuat Rania menjadi sangat betah.     

"Ma aku pergi dulu," pamit Angkasa.     

"Mau kemana kamu bang? Tumben libur gini kamu keluar?" tanya Dira. Wanita itu sangat tahu bagaimana anak anak nya, mereka lebih memilih menghabiskan waktu di rumah di bandingkan harus pergi keluar rumah dan hal itu, membuat Dira selalu senang karena bisa mengawasi kedua anak nya dengan maksimal. "Mau jalan sama Rendy dan Ridho Ma, mereka katanya mau ngajak ke toko buku," ucap Angkasa.     

Dira tersenyum, seperti itulah anaknya akan pergi pun hanya sekedar toko buku atau cafe dan itu tidak akan lama, karena pasti Angkasa lebih nyaman berada di rumah.     

"Hati hati, nanti kalau udah nggak betah jalan. Ajak aja Rendy dan Ridho ke sini, seperti biasa," ucap Dira.     

Angkasa lalu merespon dengan anggukkan kepala, anak itu lalu mengecup kedua pipi sang Mama dan tak lupa pamit dengan kedua adik nya. Setelah itu, mobil sport berwarna putih, segera dikendarai oleh Angkasa pria itu sebenarnya malas menggunakan mobil karena terbiasa hidup sederhana. Namun, karena Rendy tidak membawa mobil dan Ridho sedang di skors oleh kedua orang tua nya, membuat Angkasa lah yang harus membawa mobil kali ini, meskipun sedikit ada rasa tidak nyaman.     

Setelah Angkasa pergi Dira langsung menuju ke dalam kamar nya melihat sang suami yang masih mengerjakan beberapa pekerjaan kantor.     

"Fokus banget sih Mas," ujar Dira. Andra segera menoleh ke arah istri nya dan tersenyum lebar, pria itu lalu memberikan kode kepada sang istri untuk mendekat. "Coba kamu lihat ini gimana?" tanya Andra.     

Gambar tiga dimensi yang sedang dirancang oleh sang suami bersama dengan Bagas begitu indah. Sebuah resor yang begitu indah dan luas.     

"Kamu mau bangun ini Mas?"     

"Iya, tempat wisata yang begitu indah aku mau bangun ini untuk kamu," jawab Andra.     

"Buat aku? Kamu kenapa bangun itu buat aku mas?" tanya Dira.     

Dira tahu bagaimana sang suami bertindak, Andra tidak pernah main main dalam segala hal dan mendengar hal seperti itu membuat Dira begitu kaget.     

"Hadiah anniversary kita. Minggu depan adalah launching nya, aku rencana nya mau kasih kejutan sama kamu, hanya saja sepertinya saat ini lebih menarik. Aku ingin membuat sebuah banguna, yang akan selalu kita ingat," ucap Andra.     

"Tapi tidak harus bangunan ini Mas."     

"Ini tidak seberapa dengan perjuangan kamu menjadi istri dan juga ibu buat anak anak kita. Aku bikin tempat ini sesuai dengan keinginan kamu, yang ingin sebuah tempat liburan yang begitu aman dan bersih. Hanya orang yang sudah membooking tempat ini, yang bisa masuk. Aku bikin sebuah bangunan yang ini, untuk keluarga kita, sedangkan banguna di sisi kanan untuk disewakan kepada orang lain, dan bangunan di sisi kiri untuk orang orang yang ingin menggunakan tema outdoor atau indoor saat menikah."     

Dira begitu terkejut dengan bentuk bangunan tersebut, dalam bentuk tiga dimensi saja bangunan yang saat ini dalam penyelesaian sudah sangat terlihat bagus apalagi jika aslinya.     

"Semua ini aku lakukan sebagai cara membuat sebuah kenangan untuk selalu kita ingat. Agar anak dan cucu kita tahu, perjuangan kamu dan aku itu, luar biasa banyak hal yang terjadi banyak jalan yang kita lewati, dan tak lupa banyak air mata yang mengalir dari mata indah ini. Air mata yang membuat kita sadar bahwa kita berdua saling mencintai."     

Dira segera memeluk erat suaminya, rasanya begitu bahagia mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Andra. Pria itu begitu romantis dan hal seperti adalah impian Dira. Satu demi satu keinginan Dira diwujudkan oleh Andra, suaminya itu memang paling terbaik.     

***     

Lombok adalah kota yang begitu indah di Indonesia, bahkan semua orang di luar sana begitu menginginkan berada di tempat tersebut, begitu juga dengan Dira memiliki impian yang begitu besar dengan kota itu, membuat hal itu menjadi suatu kado spesial yang diberikan oleh sang suami. Kado terindah yang membuat Dira tidak akan pernah bisa melupakannya.     

Hari ini semua keluarga besar dari Dira dan juga Andra akan pergi ke Lombok, untuk meresmikan banguna penuh cinta yang sengaja di bangun oleh Andra untuk mengukir cinta mereka.     

"Sudah siap semua?" tanya Andra. Semuanya sudah siap, mereka lalu segera menuju bandara untuk berangkat ke tempat tersebut. Semua orang begitu bahagia ketika mendengar hal itu, tidak dipungkiri rasanya menjadi Dira pasti banyak yang iri namun, Dira dan Andra selalu berkomitmen untuk saling terbuka satu dengan lainnya.     

Pukul 14.00 siang, mereka sudah sampai di tempat, acara akan diadakan nanti malam. Dira dan Andra beserta semua orang segera menuju ke hotel untuk beristirahat sejenak.     

"Selamat ya sayang, semoga tempatnya nanti laris," ucap Buna Gina. Setelah sang Baba pensiun di dunia kemiliteran, Gina dan Daffa selalu bepergian bersama mengurus beberapa bisnis yang semakin berkembang, bersama dengan Dewa.     

"Terima kasih untuk semua dia yang Bunda dan Baba berikan untuk aku. Tanpa kalian aku tidak bisa seperti ini, berkat kalian menikahkan dengan laki-laki luar biasa dan penuh akan tanggung jawab."     

Jika awalnya Dira begitu tidak bisa menerima pernikahan ini dan sempat menutup hatinya. Namun, akhirnya tidak Dira begitu jatuh ke dalam pesona sang suami, dan begitu juga dengan Andra. Keduanya sudah tidak bisa terpisahkan, bahkan beberapa masalah pernah menimpa Andra dan Dira dalam hidupnya keduanya bisa melalui hal itu dengan begitu indah.     

Malam harinya, semua orang sudah berkumpul di sebuah tempat yang begitu indah. Tempat yang sangat luar biasa, bagus bahkan setiap orang yang ada di tempat ini selalu berdecak kagum. Interior yang di pasang dengan begitu indah membuat siapa saja yang menatapnya begitu bahagia.     

"Selamat untuk resort barunya dan happy anniversary buat kalian," ucap Mira.     

Satu demi satu semua orang yang datang, saling memberikan selamat dan doa untuk Dira dan Andra, malam ini semua orang begitu bahagia dengan apa yang terjadi, begitu bersemangat dalam kisah cinta ini. Hari ini, kisah cinta Andra dan Dira merupakan perjalanan terakhir dari kisah sebelumnya.     

Kisah yang dibangun dengan begitu banyak perjuangan, dan halangan yang harus dilewati. Alunan musik melow membuat semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka masing masing. Begitu juga dengan kedua orang tua Dira.     

"Lihatlah mas, Opa Bian dan Oma Carissa masih terus romantis hingga detik ini, bahkan Bunda dan Baba juga. Semoga kita akan bisa seperti mereka, merajut kasih dan cinta dengan penuh kebahagian hingga akhir hayat memisahkan."     

"Kita akan selalu bersama dalam suka dan duka. Kamu dan aku, selamanya. I love you my wife."     

"I love you too, my husband."     

_Selesai_     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     

Terima kasih aku ucapkan untuk semua yang sudah membaca kisah ini, mengikuti kisah dari awal. Bian dan Carissa, hingga Gina dan Daffa, dan kisah akhir ditutup oleh Dira dan Andra.     

Tanpa kalian aku tidak bisa sampai ke detik ini, terima kasih banyak. Jangan lupa buat yang mau mampir ke cerita lainnya "Hot Duda" & "Imperfect Marriage" by Ocha_Gumay24     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.